FintalkUpdate News

Mayoritas Warga Indonesia Tak Punya Tabungan, Kondisi Keuangan yang Rentan

Berbagai survei terbaru menunjukkan mayoritas masyarakat Indonesia hidup tanpa tabungan dan dana darurat, mencerminkan tingginya risiko finansial saat menghadapi kondisi tak terduga.

Suasana di sebuah kedai kopi kecil di kawasan Pasar Minggu pagi itu tampak biasa. Namun di balik obrolan santai para pengunjung, terselip kekhawatiran soal masa depan. Dian (32), pegawai swasta, mengaku hidup dari gaji ke gaji tanpa memiliki tabungan tetap. “Kalau sakit atau di-PHK mendadak, saya nggak tahu harus bagaimana. Tabungan? Paling hanya cukup untuk dua minggu,” ujarnya.

Cerita Dian bukan kasus unik. Ia mewakili mayoritas masyarakat Indonesia yang hidup tanpa cadangan keuangan. Sejumlah survei terbaru menunjukkan bahwa sebagian besar warga Indonesia belum memiliki tabungan yang layak, apalagi dana darurat yang dapat menopang hidup di tengah kondisi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, bencana, atau krisis kesehatan.

Survei UOB Indonesia pada Januari 2025 mencatat bahwa 70 persen responden tidak memiliki tabungan sama sekali, termasuk mereka yang pernah menabung namun kini sudah menghabiskannya. Studi ini melibatkan lebih dari 1.000 responden dari berbagai daerah di Indonesia, dan menunjukkan bahwa perilaku konsumtif serta kurangnya literasi keuangan menjadi penyebab utama kondisi tersebut.

Sementara itu, laporan dari platform perencanaan keuangan Lifepal pada tahun 2021 menemukan bahwa hampir 89 persen masyarakat Indonesia belum memiliki dana darurat. Padahal, dana darurat sangat penting untuk menghadapi situasi krisis yang tidak terduga. Dana ini idealnya mencukupi kebutuhan hidup selama tiga hingga enam bulan tanpa pemasukan.

Pakar perencana keuangan, Aidil Akbar Madjid, menegaskan pentingnya memiliki dana cadangan yang cukup. “Idealnya setiap orang punya dana darurat minimal tiga kali pengeluaran bulanan. Tapi kenyataannya, sebagian besar masyarakat kita bahkan belum mulai menyisihkan dana sedikit pun,” jelasnya dalam wawancara bersama Media Indonesia.

Read More  Memanaskan Mesin Mobil: Masih Penting atau Justru Merugikan?

Laporan lainnya datang dari OCBC NISP Financial Fitness Index 2023, yang menunjukkan bahwa hanya 16 persen anak muda di Indonesia memiliki dana darurat, meskipun 43 persen rutin menabung. Temuan ini memperlihatkan bahwa banyak generasi muda belum memiliki kesadaran cukup soal pengelolaan risiko keuangan jangka panjang.

Financial Advisor OCBC NISP, Hendra Kusuma, menyebutkan bahwa tren ini sangat mengkhawatirkan di tengah meningkatnya biaya hidup dan ketidakpastian ekonomi global. “Tanpa tabungan atau dana darurat, satu peristiwa tak terduga saja bisa memicu kemiskinan baru atau jerat utang yang panjang,” katanya kepada Kumparan Bisnis.

Meningkatnya inflasi, lonjakan harga kebutuhan pokok, hingga gaya hidup konsumtif masyarakat perkotaan turut memperburuk kondisi ini. Belanja impulsif, penggunaan paylater dan minimnya edukasi keuangan sejak dini menjadi tantangan yang perlu diatasi jika Indonesia ingin membentuk masyarakat yang tangguh secara finansial.

Di tengah situasi ini, para ahli mendorong perusahaan, lembaga pendidikan, dan pemerintah untuk meningkatkan edukasi literasi keuangan. Program-program yang mendorong kebiasaan menabung, mengenal konsep pengeluaran sehat, serta menyusun rencana keuangan jangka panjang dinilai penting agar masyarakat tidak hanya bertahan dari krisis, tetapi juga mampu merencanakan masa depan.

“Krisis finansial personal bisa terjadi kapan saja. Punya dana darurat bukan soal gaya hidup, tapi kebutuhan dasar,” tutup Aidil Akbar.

Back to top button